Total Pengunjung

Minggu, 27 Oktober 2013

MENGENAL DIKSI DAN KARAKTERISTIK PUISI

Pengunaan diksi dalam puisi

Diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan (Ahmadi, 1988: 126). Diksi yang baik adalah pemilihan kata-kata secara efektif dan tepat di dalam makna serta sesuai dengan tema, audien, dan ke­jadian. Diksi juga berarti penataan, penyusunan, dan pemilahan kata-kata ke dalam susunan tertentu yang secara efektif dapat mengung-kapkan ide, gagasan, dan perasaan. Prinsip utama dalam diksi ada­lah bahwa dalam pemilihan dan penempatan kata harus se­suai, tepat, eko­nomis, dan tegas. Misalnya, larik puisi “Aku ini binatang jalang/dari kumpulannya terbuang” (“Aku”, Chairil Anwar). Kata ‘aku’ dipandang lebih sesuai, tepat, ekonomis, dan tegas daripada kata ‘saya, beta, hamba, atau daku’, diksi ‘binatang jalang’ dipandang lebih tepat daripada “binatang liar atau buas’, dan seterusnya. Hal yang penting diperhatikan ten­tang diksi dalam pen­ciptaan puisi, menurut Ahmadi (1988: 126-127), ialah bahwa setiap kata merupa­kan lambang atau simbol yang mengacu kepada sesuatu yang lain. Kata ‘aku’ dan ‘binatang jalang’ keduanya melambangkan kebebasan.

Penggunaan diksi dalam puisi, menurut Aminuddin (1995:215) se­cara umum memberikan gambaran berikut. Diksi dapat berupa kata dasar mau­pun kata yang telah mengalami proses morfologis, dapat berupa kata yang berciri autosemantis maupun sinsemantis. Dalam diksi terdapat kesesuaian hubungan kata-kata yang satu dengan yang lain, baik dalam rangka pencip­taan keseimbangan paduan bunyi maupun dalam penciptaan hubungan se­mantisnya. Ditinjau dari aspek semantisnya, kata-kata yang digunakan oleh penyair selain merujuk pada kata yang ciri semantisnya bersifat de­notatif, juga merujuk pada kata yang ciri semantisnya bersifat konotatif. Se­cara aso­si­atif, kata-kata yang digunakan dapat menggambarkan kata-kata yang me­miliki hubungan secara indeksial, kolokasional, sinonimi, hiponimi, an­tonimi. Aspek referensial yang digunakan ber­sifat transparan, kabur, ikonis, hipokonis, hanya diacu­kan pada gambaran ciri semantis dasar maupun telah mengalami pemindahan dari ciri acuan semantis dasarnya. Kata-kata yang digunakan dapat memberi kesan kedaerahan, merujuk pada kata yang biasa diguna­kan dalam komunikasi sehari-hari, dan dapat pula memberi kesan vulgar.

(Sumber) http://dpmp238.blogspot.com/2011/03/engenal-diksi-dan-karakteristik-puisi.html

Tidak ada komentar: