Pengunaan diksi dalam puisi
Diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan (Ahmadi, 1988: 126). Diksi yang baik adalah pemilihan kata-kata secara efektif dan tepat di dalam makna serta sesuai dengan tema, audien, dan kejadian. Diksi juga berarti penataan, penyusunan, dan pemilahan kata-kata ke dalam susunan tertentu yang secara efektif dapat mengung-kapkan ide, gagasan, dan perasaan. Prinsip utama dalam diksi adalah bahwa dalam pemilihan dan penempatan kata harus sesuai, tepat, ekonomis, dan tegas. Misalnya, larik puisi “Aku ini binatang jalang/dari kumpulannya terbuang” (“Aku”, Chairil Anwar). Kata ‘aku’ dipandang lebih sesuai, tepat, ekonomis, dan tegas daripada kata ‘saya, beta, hamba, atau daku’, diksi ‘binatang jalang’ dipandang lebih tepat daripada “binatang liar atau buas’, dan seterusnya. Hal yang penting diperhatikan tentang diksi dalam penciptaan puisi, menurut Ahmadi (1988: 126-127), ialah bahwa setiap kata merupakan lambang atau simbol yang mengacu kepada sesuatu yang lain. Kata ‘aku’ dan ‘binatang jalang’ keduanya melambangkan kebebasan.
Penggunaan diksi dalam puisi, menurut Aminuddin (1995:215) secara umum memberikan gambaran berikut. Diksi dapat berupa kata dasar maupun kata yang telah mengalami proses morfologis, dapat berupa kata yang berciri autosemantis maupun sinsemantis. Dalam diksi terdapat kesesuaian hubungan kata-kata yang satu dengan yang lain, baik dalam rangka penciptaan keseimbangan paduan bunyi maupun dalam penciptaan hubungan semantisnya. Ditinjau dari aspek semantisnya, kata-kata yang digunakan oleh penyair selain merujuk pada kata yang ciri semantisnya bersifat denotatif, juga merujuk pada kata yang ciri semantisnya bersifat konotatif. Secara asosiatif, kata-kata yang digunakan dapat menggambarkan kata-kata yang memiliki hubungan secara indeksial, kolokasional, sinonimi, hiponimi, antonimi. Aspek referensial yang digunakan bersifat transparan, kabur, ikonis, hipokonis, hanya diacukan pada gambaran ciri semantis dasar maupun telah mengalami pemindahan dari ciri acuan semantis dasarnya. Kata-kata yang digunakan dapat memberi kesan kedaerahan, merujuk pada kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari, dan dapat pula memberi kesan vulgar.
(Sumber) http://dpmp238.blogspot.com/2011/03/engenal-diksi-dan-karakteristik-puisi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar